Ethnography

Oct 31, 2016

*Suhartono

Pendahuluan

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan, dengan tujuan utama memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara-cara yang berbeda. Untuk menemukan prinsip-prinsip tersembunyi dari pandangan hidup yang lain, peneliti harus menjadi murid. Inti etnografi adalah upaya memperlihatkan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna terekpresikan secara langsung dalam bahasa, atau secara tidak langsung melalui kata dan perbuatan. Sistem makna merupakan kebudayaan mereka, dan etnografi selalu mengimplementasikan teori kebudayaan.

Etnografi secara harfiah berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan atau sekian tahun. Penelitian antropologis untuk menghasilkan laporan tersebut begitu khas, sehingga kemudian istilah etnografi juga digunakan untuk mengacu pada metode penelitian untuk menghasilkan laporan tersebut. Spradley menganggap bahwa  etnografi merupakan satu jenis metode penelitian yang khas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa etnografi, baik sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian dapat dianggap sebagai dasar dan asal-usul ilmu antropologi.

Brewer secara eksplisit memberikan definisi etnografi sebagai the “study of people in naturally occuring getting or ‘fields’ by means of methods which capture their social meanings and ordinary activities, involving the reseacher participating directly in the setting if not also the activities, in order to collect data in a systematic manner but without meaning being imposed on the externally”. Studi tentang masyarakat yang terjadi secara alami atau ‘bidang’ melalui metode yang menangkap makna sosial dan kegiatan biasa, yang melibatkan peneliti secara langsung dalam penelitian jika tidak hanya kegiatan, dalam rangka mengumpulkan data secara sistematis tapi tanpa makna yang dikenakan pada eksternal.

Jensen dan Jankowski  menempatkan etnografi sebagai sebuah pendekatan. Etnografi tidak dilihat sebagai alat untuk mengumpulkan data tetapi sebuah cara untuk mendekati data dalam meneliti fenomena komunikasi.

Atkinson dan Hammersley mendefinisikan etnografi sebagai penulisan budaya, deskripsi tertulis mengenai sebuah budaya berdasarkan temuan-temuan di lapangan. Istilah etnografi itu sendiri banyak mengandung konstoversi dikalangan akademis, beberapa pakar mendefinisikan etnografi sebagai sebuah paradigma filsafat yang menuntut peneliti pada komitmen total, sedangkan para pakar lain menjelaskan bahwa istilah etnografi adalah sebuah metode yang hanya akan digunakan jika memiliki relevansi dengan objek yang diteliti (dengan tujuan peneliti). Ethnographic research should have a characteristic ‘funnel’ structure, being progressively focused over its course. Over time the research problem needs to be developed, and may need to be transformed; and eventually its scope must be clarified and delimited, and its internal structure explored. In this sense, it is frequently well into the process of inquiry that one discovers what the research is really about; and not uncommonly it turns out to be about something rather different from the initial foreshadowed problems. Secara praktis, istilah etnografi biasanya mengacu pada bentuk-bentuk penelitian sosial dengan sejumlah ciri khas sebagai berikut :

  1. Lebih menekankan upaya eksplorasi terhadap hakekat/sifat dasar fenomena sosial tertentu, bukan melakukan pengujian hipotesis atas fenomena tersebut.
  2. Lebih suka bekerja dengan data tak terstruktur, atau dengan kata lain, data yang belum dirumuskan dalam bentuk kode sebagai seperangkat katagori yang masih menerima peluang bagi analisis tertent
  3. Penelitian terhadap sejumlah kecil kasus, mungkin hanya satu kasus secara detail.
  4. Menganalisis data yang meliputi intrepretasi makna  dan fungsi berbagai tindakan manusia  secara  eksplisit  sebagai  sebuah  produk  yang  secara  umum  mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal tanpa harus terlalu banyak memanfaatkan analisis kuantitatif dan statistik.

Asal Mula Etnografi

Awal etnografi berkaitan dengan asal usul ilmu antropologi. Pada abad ke-20, para ahli antropologi berusaha membangun tingkat-tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari masa awal kemuculan manusia di muka bumi sampai masa kini. Mereka semua, tidak pernah terjun langsung melihat masyarakat primitif yang menjadi objek karangan mereka. Kerangka evolusi yang dibangun itu dipandang tidak realistik dan tidak didukung bukti nyata. Sedikit-sedikit mereka mulai sadar untuk melihat sendiri kelompok masyarakat yang menjadi objek kajiannya, demi memperoleh teori yang lebih mantap. Inilah asal mula pemikiran tentang perlunya kajian lapangan etnografi dalam antropologi.

Pada proses kemunculannya Etnografi (akhir abad ke-19). Etnografi mula-mula dilakukan untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari masa manusia mulai muncul di permukaan bumi sampai ke masa terkini. Tak ubahnya analisis wacana, mereka  ilmuwan antropologi pada waktu itu melakukan kajian etnografi melalui tulisan-tulisan dan referensi dari perpustakaan yang telah ada tanpa terjun ke lapangan. Namun, pada akhir abad ke-19, legalitas penelitian semacam ini mulai dipertanyakan karena tidak ada fakta yang mendukung interpretasi para peneliti. Akhirnya, muncul pemikiran baru bahwa seorang antropolog harus melihat sendiri alias berada dalam kelompok masyarakat yang menjadi obyek kajiannya.

Studi etnografi melibatkan serangkaian metodologi dan prosedur interpretasi yang menempatkan peneliti sebagai instrument dengan observasi parsitipatif, observasi parsitipatif. Jenis studi ini menuntut komitmen menyeluruh pada kerja-kerja pemahaman. Peneliti etnografi menjadi  bagian dari situasi  yang diteliti untuk merasakan bagaimana perasaan orang-orang dalam situasi tersebut, peneliti etnografi menyatu pada realitas orang-orang secara sungguh-sungguh.

Etnografi Modern

Etnografi ini dipelopori oleh ahli antropologi sosial, A.R RadclifFee-Brown dan B. Mallinowski pada dasawarsa 1915-1925 d Inggris. Ciri khusus kegiatan mereka, yaitu mereka tidak teriak memandang penting hal-ihwal yang berhubungan dengan jarak kebudayaan status kelompok masyarakat. Fokus utamanya adalah kehidupan masa kini yang sedang dijalani oleh anggota masyarakat yaitu tentang viay of lifemasyarakat tersebut.

 Etnografi Baru

Etnografi baru adalah suatu aliran etnografi yang mulai bei kembang sejak tahun 1960-an dan mempunyai nama lain cognitive anthropology atau ethnoscience. Aliran ini memusatkan usahanya untu menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.

Etnografi Baru Ala Spradley

Dalam hal ini, Spradley masih mengikuti aliran antroplogi kognitif, namun secara lebih khusus, Spradley mendefinisikan budaya sebagai sistem pengetahuan yang diperolah manusia melalui proses belajar yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Selain itu, Spradley juga tidak lagi menganggap antropologi sebagai satu ilmu tentang“other cultures”,yaitu mengenai masyarakat kecil yang terisolasi dan hidup dengan teknologi sederhana. Dia telah menjadi alat yang mendasar untuk memahami masyarakat Spradley menggunakan metode panduan yang khas untui mempelajari etnografi (dengan jalan mengerjakan dan melakukan sendiri; secara sistematis, terarah, dan efektif. Metode itu adalah Developmem Research Sequenceatau “Alur Penelitian Maju Bertahap”. Metode ini memiliki lima prinsip.

Pertama, teknik tunggal di mana peneliti dapat melakukan berbagai teknik penelitian secara bersamaan dalam satu fase penelitian. Kedua, identifikasi tugas, yaitu peneliti harus mengenali langkah- langkah pokok yang harus dilaluinya dalam menjalankan teknik tersebut Ketiga,setiap langkah pokok tadi, sebaiknya dijalankan secara berurutan atau maju bertahap. Keempat, penelitian orisinal maksudnya mempelajari cara untuk melakukan wawancara etnografi dengan mempraktiklcannya dalam proyek penelitian sungguhan, bukan sekedar untuk kepentingan latihan saja. Terakhir, prinsip problem-solvingyang membawa kita kepada pandangan Spradley mengenai ilmu antropologi, yaitu ilmu yang mempunyai kegunaan praktis dalam menyelesaikan masalah-m; salah kemanusiaan. Sehinggaseorangpeneliti yang berhasil, menurut takaran etnograf! adalah juga seorang problem solver.

Manfaat Etnografi

Etnografi adalah suatu kebuaayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi berulangkah bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistemik mengenai semua kebudayaan manusia dan perspektif orang yang telah mempelajari kebudayaan itu. Etnografi didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dari semua kebudayaan sangat tinggi nilainya. Asumsi ini

Beberapa Prinsip dalam Etnografi

Informan adalah manusia yang mempunyai masalah, keprihatinan, dan kepentingan. Nilai yang dipegang oleh etnografer tidak selalu sejalan engan nilai yang dipegang oleh informan. Beberapa prinsip etika yang didasarkan pada nilai-nilai yang mendasari.

  1. Mempertimbangkan informan terlebih dahulu
  2. Mengamankan hak-hak, kepentingan, dan sensitivitas informan bila penelitian melibatkan
  3. Menyampaikan tujuan penelitian
  4. Melindungi privasi informan
  5. Jangan mengeksploitasi informan
  6. Memberikan laporan kepada informan

Wawancara Etnografi

Ketika kita mempelajari wawancara etnografi sebagai wawancara percakapan, maka kita melihat bahwa banyak ciri yang sama dengan per­cakapan persahabatan. Dalam kenyataan, seorang etnografer berpengalaman seringkali mengumpulkan banyak data melalui pengamatan terlibat serta berbagai macam percakapan sambil lalu, percakapan persahabatan. Mereka mungkin mewawancarai orang-orang tanpa kesadaran orang-orang itu, dengan cara sekadar melakukan percakapan biasa, tetapi etnografer memasukkan beberapa pertanyaan etnografis ke dalam pertanyaan itu. Tiga unsur etnografi yang paling penting ialah tujuan yang eksplisit, penjelasan, dan pertanyaannya yang bersifat etnografi:

  1. Tujuan yang eksplisit
  2. Penjelasan etnografi
  3. Pertanyaan etnografi
  4. Membuat Catatan Etnografi

Langkah berikutnya dalam pendekatan “Alur Penelitian Maju Bertahap” adalah mulai mengumpulkan catatan penelitian. Bahkan sebelum melakukan kontak dengan seorang informan, etnografer akan mempunyai berbagai kesan, pengamatan, dan keputusan untuk dicatat. Ketika melakukan penelitian pada suatu komunitas asing, maka dibutuhkan waktu berminggu- minggu atau berbulan-bulan sebelum melakukan wawancara sistematis dengan seorang informan. Ketika mempelajari suatu suasana budaya dalam masyarakat kita sendiri, etnografi paling tidak sudah mempunyai suatu pilihan dan kemungkinan sudah menyaksikan suatu budaya itu dan pencatatan kesan-kesan pertama ini akan terbukti mempunyai makna penting nantinya. Yang pasti, kontak pertama dengan seorang informan pantas untuk didokumentasikan. Dalam langkah ini, kami akan mempelajari sifat dasar suatu catatan etnografi dan membahas beberapa langkah praktis untuk membuat catatan itu menjadi catatan yang sangat bermanfaat dalam analisis dan penulisan. Bagian utama suatu catatan etnografi terdiri atas catatan lapangan i tertulis, baik catatan hasil observasi, wawancara, rekaman, buku harian, atau dokumen pribadi lainnya.

Membuat Analisis Domain

Dalam langkah terakhir, menyajikan beberapa prosedur analisis untuk melakukan pencarian domain awal yang memfokuskan pada domain-domain yang merupakan nama-nama benda. Pencarian awal ini hanya ber­peran untuk memperkenalkan etnografer pemula dalam menemukan domain-domain penduduk asli. Sekarang, kita dapat bergerak ke arah prosedur yang lebih sistematik yang disebut analisis domain yang akan mengarahkan pada penemuan jenis-jenis domain yang lain. Jika seorang etnografer sementara telah mengidentifikasikan beberapa domain dalam sebuah kebudayaan, maka ia perlu menguji dengan para informannya. Pengujian ini dilakukan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan struktural untuk memperkuat atau melemahkan domain-domain yang telah dihipotesiskan.

Langkah-langkah dalam Analisis Domain

  1. Langkah satu: memilih satu hubungan semantik tunggal
  2. Langkah dua: Mempersiapkan satu lembar kerja analisis domain
  3. Langkah Tiga: Memilih satu sample dari statement informan

Analisis Komponen

Analisis komponen merupakan pencarian sistematik berbagai atribut (komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya. Apabila seorang etnografer menemukan berbagai kontras di antara anggota sebuah kategori, maka kontras ini paling baik jika dianggap sebagai atribut komponen makna suatu istilah. Kita dapat mengidentifikasikan satu atribut sebagai elemen informasi apa saja yang berhubungan secara teratur dengan sebuah simbol. Atribut selalu dihubungkan dengan istilah-istilah asli informan. Dalam menempatkan sebuah istilah asli informan ke dalam sebuah domain dan taksonomi tertentu. Anda harus mengisolasi satu hubungan semantik tunggal Dalam membuat analisis komponen, Anda akan memfokuskan pada hubungan ganda (imultiple) antara sebuah istilah asli informan dengan simbol-simbol lain. Bahkan ketika kita mengajukan pertanyaan struktural, kebanyakan informan secara suka rela menyampaikan berbagai hubungan tambahan dan informasi tambahan (atau atribut tambahan) mengenai berbagai istilah asli informan yang sedang kita pelajari.

Ada dua cara yang dipakai para antropolog untuk melakukan analisis komponen berbagai istilah asli informan. Pendekatan pertama telah membatasi dirinya untuk menemukan atribut-atribut yang dikonseptualisasikan oleh infor­man. Tipe analisis komponen ini mencoba untuk menemukan realitas psiko­logis dunia informan dan merupakan pendekatan yang dipakai dalam buku ini. Pendekatan kedua membebaskan penggunaan konsep mereka sendiri tanpa memperhatikan apakah analisis mereka merefleksikan atribut-atribut yang menonjol bagi mereka yang mengetahui kebudayaan itu. Tipe analisis ini berupaya menemukan realitas struktural yang tidak sejalan dengan persepsi informan.

Langkah-langkah Pembuatan Analisis Komponen

  1. Langkah satu: memilih sebuah rangkaian kontras untuk analisis.
  2. Kedua: menemukan semua kontras yang telah ditemukan sebelumnya.
  3. Ketiga: mempersiapkan sebuah kertas kerja paradigma yang berisi sebuah paradigma kosong yang diisi istilah-istilah asli informan beijudul “rangkaian kontras”.
  4. Keempat: mengidentifikasi dimensi-dimensi kontras yang mempunyai nilai kembar.
  5. Kelima: menggabungkan dimensi-dimensi kontras yang sangat terkait menjadi dimensi kontras yang mempuyai nilai ganda.
  6. Keenam: mempersiapkan pertanyaan kontras untuk memperolah atribut-atribut yang hilang serta dimensi-dimensi kontras yang baru.
  7. Ketujuh: melakukan sebuah wawancara untuk memperoleh data yang diperlukan.
  8. kedelapan: mempersiapkan sebuah paradigma lengkap, yaitu dengan melengkapi paradigma yang sebagian telah dianalisis sebelum wawancara itu..

Referensi:

Brewer, John. 2000. Ethnography. Philadelphia: Open University Press.

Hammersley, M. and Atkinson, P. 2007. Ethnography: Principles in Practice. New York: Routledge.

Jensen, Klaus Bruhn and Nicholas W. Jankowski. 1991. A Hand Book of Methodologies for Mass Communication Research. New York: Routledge.

Riharjo, Ikhsan Budi. 2011. Memahami Paradigma Penelitian Non-Positivisme dan Implikasinya dalam Penelitian Akuntansi. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis, dan Sektor Publik (JAMBSP).

Sanday, Peggy Reeves. 1979. The Ethnographic Paradigm. New York: Cornell University.

Sukidin, Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia.

 

 

spi_admin

spi_admin

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *