Psikologi Pelaku Kecurangan (Fraudster)

Sep 22, 2016

an-9*Suhartono

Sesuatu yang ideal sudah barang tentu memiliki pasangan yang tidak ideal atau buruk. Kejujuran, nyatanya dibarengi dengan kecurangan. Sikap negatif ini selalu muncul sebagai lawan dari jujur. Mungkin memang tidak akan pernah muncul istilah jujur, jika kecurangan sama sekali tidak ada. Hal yang memprihatinkan adalah semakin  majunya peradaban manusia, ternyata kejujuran menjadi hal yang perlu dipaksakan dan kecurangan menjadi hobi yang perlu ditekan. Saat ini, makin langka menemukan seseorang yang jujur. Sebaliknya, penipu bertebaran di banyak tempat. Mulai dari pengemis hingga pejabat, semua ada penipunya. Tetapi jangan khawatir, orang jujur juga masih banyak.

Sebagaimana telah disebutkan, kecurangan menjadi salah satu hobi yang perlu ditekan. Penekanan dilakukan melalui jalur hukum. Dikeluarkannya beragam peraturan terkait kecurangan merupakan usaha untuk terus mencegah terjadinya kecurangan, baik yang berulang atau masih baru. Kecurangan memang jenis kejahatan yang ringan. Namun secara tidak disadari, dapat menimbulkan kerugian material yang luar biasa. Sebagai contoh yang mudah, adalah korupsi yang banyak dilakukan oleh pejabat akan membuat pelaksanaan pembangunan terhambat bahkan tidak berlangsung. Kecurangan membawa dampak langsung terhadap perkembangan suatu negara. Negara-negara yang mampu menekan angka kecurangan hingga ke level terendah, ternyata lebih mampu untuk bersaing dan menunjukkan pembangunan yang luar biasa maju.

Kecurangan dalam perjalanan sejarahnya hingga sekarang, ternyata memiliki tingkat atau level yang cenderung naik. Dahulu kebanyakan hanya kelas orang-orang bawah (Pendidikan, Kesejahteraan, dsb.) yang banyak melakukan kecurangan. Tentu saja jumlahnya tidak terlalu besar dan sangat mudah diidentifikasi. Kecurangan ini biasa disebut kejahatan kerah biru (Blue Collar Crime), menggambarkan kelas pekerja. Seiring berjalannya waktu, ternyata kecurangan juga menjadi hobi bagi kalangan yang lebih atas, dengan kerugian yang ditimbulkan lebih besar dan sulit untuk diidentifikasi. Kejahatan kelas atas ini umum disebut dengan kejahatan kerah putih (White Collar Crime). Sebab, banyak dilakukan oleh orang berpangkat tinggi yang jarang berurusan dengan sesuatu yang kotor. Selama beberapa decade, sejak kejahatan “kerah putih” dikenali, penelitian persuasive telah menyatakan bahwa dua faktor harus dipertimbangakan dalam menganalisis psikologi dan kepribadian penipu.

  • Kualitas biologis seorang individu yang bervariasi dan pengaruh perilaku, termasuk perilaku social.
  • Kualitas social yang berasal dari pengamatan interaksi seseorang dengan orang lainnya.

Dari penelitian psikologi tersebut, tiga jenis umum penipu keuangan telah diamati, diantaranya sebagai berikut.

  • Penjahat kambuhan yang ingin bersaing dan menegaskan diri.
  • Penjahat tergantung situasi yang berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri, keluarga mereka, atau perusahaan mereka dari sebuah kehancuran.
  • Makelar kekuasaan adalah pelaku kecurangan yang akhir-akhir ini makin banyak, diakibatkan oleh kegagalan bisnis yang memalukan.

Masing-masing jenis pelaku kecurangan (fraudster) adalah sebagai berikut.

  • Mereka adalah predator yang cenderung memiliki kecerdasan lebih tinggi dari rata-rata orang umum dan berpendidikan baik.
  • Bergantung pada situasi dan kondisi.
  • Makelar kekuasaan.
  • Merasa tidak melakukan kesalahan atau menimbulkan kerugian
  • Macam-macam rasionalisasi.

 

Wind, Ajeng. -. Forensic Accounting. Dunia Cerdas: Jakarta.

spi_admin

spi_admin

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *