Sikap yang Harus Dimiliki Auditor

Oct 31, 2016

*Ahmad Zainuddin

Seorang auditor harus memiliki sikap yang bisa mendukung kinerjanya di lapangan. Meski setiap orang memiliki karakteristik sikap yang berbeda, namaun demi mendukung kelancaran proses audit, setiap auditor harus minimal mnerapkan beberapa sikap.

Skeptisisme Profesional

PSA  04 (SA 230) mengharuskan pengauditan didesain untuk menghasilkan keyakinan yang memadai untuk mendeteksi baik kesalahan-kesalahan yang material maupun kecurangan dalam laporan keuangan. Skeptisisme profesional merupakan suatu perilaku pemikiran yang secara kritis dan penilaian kritis atas bahan bukti audit. Auditor tidak harus menganggap bahwa manajemen telah berlaku tidak jujur, namun kemungkinan bahwa adanya ketidakjujuran harus dipertimbangkan. Pada saat yang sama, auditor juga harus menganggap bahwa manajemen telah berlaku jujur.

Dalam bersikap skeptis, auditor tidak perlu melihat catatan positif masa lalu entitas tentang integritas dan hal baik lainnya. Pandangan positif akan membuat banyak hal buruk termaafkan dan tidak nampak. Sebab sebagaimana telah banyak terjadi, manajemen mampu dengan rapi menyembunyikan kebobrokan yang terjadi. Kecurigaan yang terus menerus juga akan membuat auditor mencari bukti-bukti relevan dan signifikan untuk mendukung dugaannya.

Pengetahuan dan Pengalaman

Auditor harus menunjukkan profesionalitasnya dengan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan audit yang efektif. Auditor harus memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang entitas. Pengethuan tentang entitas, kompleksitas, dan transaksi yang bervariasi adalah sebuah upaya kumulatif. Selain pengetahuan tentang entitas, tim audit harus ada di tangan individu yang memiliki keterampilan khusus dan keahlian yang diperlukan untuk mengatasi seperangkat teknik audit. Beberapa diantaranya adalah daerah teknik yang luas dimana semua auditor harus memiliki pengetahuan, termasuk audit, pengendalian internal, dan pelaporan keuangan.

Independensi dan Objektivitas

Standar audit mengharuskan auditor untuk menjaga independensi. Hal ini sangat penting untuk memertahankan kepercayaan masyarakat terhadap independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.

Persyaratan umum bagi independensi auditor melarang para auditor untuk terlibat dalam aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum terselesaikan terkait dengan entitas tersebut.

Dalam kaitannya dengan objektivitas, para auditor harus tidak berkrompomi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya karena adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya. Hal ini mengharuskan auditor untuk menjaga perilaku yang netral ketika menjalankan audit, menginterpretasikan bukti audit dan melaporkan laporan keuangan yang merupakan hasil dari penelaahan yang mereka lakukan.

SPADE

Perlu ada kerangka untuk menggabungkan antara skeptisisme dengan prinsip-prinsip lain, dalam rangka penilaian risiko salah saji material yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Kerangka tersebut dapat dirangkum dalam langkah SPADE (Skeptisisme, Probing Komunikasi, Analisis, Dokumentasi dan Evaluasi)

Skeptisisme menekankan bahwa auditor harus mengevaluasi secara kritis  bukti audit dan mempertahankan kecurigaan (prasangka) dengan terus menimbulkan pertanyaan.

Probing Komunikasi melibatkan penyelidikan dan diskusi dengan tim audit, karyawan entitas, dan komite audit. Pertanyaan yang menyelidik dan digabungkan dengan skeptisisme akan membuat auditor lebih mungkin mendapatkan bukti yang diinginkan.

Analisis dapat memberikan bukti audit yang sangat baik dalam perencanaan awal, daerah pemeriksaan, memvalidasi, dan penyelesaian audit

Dokumentasi memberikan gambaran dan dasar pekerjaan yang dilakukan. Bagian ini merupakan kewajiban bagi auditor untuk menyediakannya. Ini adalah cara terbaik untuk memungkinkan penilaian yang tepat untuk pelaksanaan respons audit atas suatu risiko dan kasus-kasus selanjutnya serta untuk menentukan apakah risiko tambahan telah diidentifikasi selama eksekusi.

Evaluasi sangat penting dalam semua tahap audit karena merupakan tindakan menilai bukti yang diperoleh ketika mempertimbangkan faktor-faktor lain di sekitar entitas, seperti ekonomi, industry, dan pengendalian internal.

spi_admin

spi_admin

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *