Apa yang Dimaksud dengan Epistemologi?

Oct 31, 2016

*Purwanto Wahyudi

Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (antologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun.Antlogi adalah pembahasan tentang hakikat pengetahuan, epitimologi adalah pembahasan tentang metode dan landasan pemikiran yamg dipakai sampai kepada pengetahuan yang ilmiah,dan aksiologi adalah pembahasan tentang apa dan bagaimana fungsi pengetahuan itu bagi kehidupan manusia.  Ketiga landasan ini saling berkaitan,maka epistimologi  dikaitkan dengan antologi dan aksiologi ilmu. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan.Maka ilmu diibaratkan sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi.Pemecahan tersebut pada dasarnya adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Jadi dengan ilmu,manusia mencoba menguasai alam ini.

Berdasarkan landasan antologi dan aksiologi seperti itu maka bagaimana sebaiknya kita mengembangkan landasan epistimologi yang cocok? Persoalan yang utama dihadapi oleh tiap epistimologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek antologi dan aksiologi masing-masing.Demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi keilmuan yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala alam.

Kata Epistimologi berasal darei kata Yunani yaitu “episeme” dan “logos”.epise diartikan sebagai pengetahuan dan logos diartikan sebagai pikiran. Maka secara bahasa dapat diartikan sebagai pengetahuan yang benar. Epistimologi atau teori pengetahuan dalam pengertian tang luas merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang ilmu pengetahuan.Sebagai cabang filsafat, epistimologi mempelajari dan mencoba menentukan hakikat pengetahuan. Maka jika kita pahami lebih luas, bahwa epistimologi berbicara tentang asal mula pengetahuan, sumber pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan, nilai validitas, dan kebenaran pengetahuan.

Pengetahuan

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Bah­kan seorang anak kecil pun telah mempunyai berbagai pengetahuan se­suai dengan tahap pertumbuhan dan kecerdasannya. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara lang­sung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berba­gai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.

Ilmu pengetahuan, suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu yang disusun demikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi, deduksi).

Metode ilmiah adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan namun lebih-lebih lagi dalam mengkomunikasikan pene­muan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuwan. Sebuah laporan penelitian ilmiah mempunyai sistematika cara berpikir tertentu “yang tercermin dalam format dan tekniknya. Perbedaan utama dari metode ilmiah bila dibanding­kan dengan metode-metode pengetahuan lainnya, menurut Jacob Bronowski, adalah hakikat metode ilmiah yang bersifat sistematik dan eksplisit.

Penelitian merupakan pencerminan secara kongkret kegiatan ilmu da­lam memproses pengetahuannya. Metodologi penelitian ilmiah dan haki­katnya merupakan operasionalisasi dari metode keilmuan. Atau dengan perkataan lain, struktur berpikir yang melatarbelakangi langkah-lang­kah dalam penelitian ilmiah adalah metode keilmuan. Dengan demikian maka penguasaan metode ilmiah merupakan persyaratan untuk dapat memahami jalan pikiran yang terdapat dalam langkah-langkah pene­litian. Bagi pendidikan keilmuan maka aspek-aspek filsafat ilmu sebaik­nya secara langsung dikaitkan dengan kegiatan berpikir ilmiah pada umumnya dan kegiatan penelitian pada khususnya. Langkah-langkah penelitian yang mencakup apa yang diteliti, bagaimana penelitian dila­kukan serta untuk apa hasil penelitian digunakan adalah koheren dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis keilmuan. Dengan de­mikian maka pengetahuan filsafati yang bersifat potensial secara kongkret memperkuat kemampuan ilmuwan dalam melakukan kegiatan ilmiah secara operasional.

 Sumber Pengetahuan

Pada dasarnya terdapat dua cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar,yaitu berdasarkan pada rasio yang disebut dengan rasionalisme dan berdasarkan pada pengalaman yang disebut dengan empirisme dan intuisi yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran.

Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.Paham ini dikenal dengan nama idealisme..Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya.Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersipat apriori dan dapat diketahui oleh manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya.Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang didapat lewat penalaran rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlalu dalam alam sekitar kita.Jadi ide bagi kaum rasionalis adalah bersipat apriori dan prapengalaman yang di dapatkan manusia lewat penalaran rasional.

Sedangkan kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan di dapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkrit. Gejala-gejala alamiah menurutnya bersipat konkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera manusia.Gejala itu kalau ditelaah lebih lanjut mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai pola yang teratur tentang kejadian sesuatu.Contohnya,suatu benda padat kalau dipanaskan akan memanjang,langit mendung akan diikuti turunnya hujan.maka pengamatan akan membuahkan pengetahuan mengenai berbagai gejala dengan mengikuti pola tertentu.Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu generalisasi dari berbagai kasus yangtelah terjadi.dengan menggunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersipat individual.

Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).

Intusionisme. Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.

Dialektis yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling kurang dua kutub.

 Perkembangan Ilmu Pada Masa Modern dan Kontemporer secara Epistimologi.

Sebagai ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistimologi perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan.Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles ,yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung namun harus bersikap kontemplatif  diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari untung artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia dibumi ini.

Pada abad-abad berikutnya di dunia pada umumnya timbul suatu tekad untuk berlomba mencari kebenaran suatu ilmu sehingga dapat dirasakan  kemajuan yang dicapai oleh pengetahuan manusia membawa perkembangan manusia pada masa depan yang semakin maju.Hasilnya ilmu pengetahuan selama masa modern mengubah manusia dan dunianya.Terjadilah revolusi industri  I mulai sekitar tahun  1800 dengan pemakaian mesin-mesin mekanis,lalu revolusi industri II mulai tahun 1900 dengan pemakaian listrik dan awal pemakaian sinar-sinar dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan kekuatan alam dan penggunaan computer yang sedang kita nikmati saat ini.

Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia dan ilmuan akan selalu berinovasi dan berkreasi untuk penemuan-penemuan dan perumusan berikutnya.

Kecendrungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan,baik dalam dunia teknik mikro maupun makro.dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan semakin meningkat keinginan manusia ,memaksa,merajalela akibatnya  hasil dari ilmu pengetahuan manusiawi lagi bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri.Dan dipihak lain hasil ilmu pengetahuan bisa mengancam kehidupan manusia itu sendiri,seperti lomba persenjataan,menguras kekayaan bumi yang tidak bisa diperbaharui lagi,dll.

Kesadaran akan hal ini sudah muncul dalam lingkungan ilmuan yang prihatin terhadap  perkembangan teknik, industri dan persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi ini.

Gregory Bateson melihat secara mendasar permasalahan yang ditimbulkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .Menurutnya sebab-sebab utama yang menimbulkan krisis ialah kesalahan epistimologi  barat.Ini semua berkisar dari insektisida  sampai polusi ,jarahan radio aktif dan kemungkinan mencairnya es antartika.desakan kuat kita untuk menyelamatkan kehidupan individu yang akan mendatang bahaya kelaparan dunia di masa mendatang.

Ilmu pengetahuan harus bernilai praktis bagi manusia ,diantaranya dalam  betuk teknologiAkibatnya menaklukkan alam an mengekspoitasinya tidaklah dapat dianggap kesalahan,karena metode yang digunakannya adalah deduksi-induksisebagai pengaruh dari pemikiran positivisme.

Metode ini amat dominant dalam epistimologi modern ,khususnya dalam metode keilmuan,ketiga objek yang dikaji adalah realitas empiris,inderawi,dan dapat dipikirkan dengan rasio.Hermen Khan menyebutkan budaya yang dihasilkan  dari epistimologi diatas adalah budaya inderawi,secular,humanistic,utiliter, dan hedonistik.

Tentang tujuan ilmu pengetahuan dalam ilmu pengetahuan modern ialah bahwa ilmu pengetahuan bertujuan menundukkan alam ,alam dipandang sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan dinikmati dengan tidak memperhatikan akibat-akibat negatifnyauntuk masa mendatang.

Nasr mengkritik ilmu pengetahuan modern barat bahwa ilmu modern mereduksi seluruh esensi dalam pengertian metafisik,kepada material dan substansial.Pandangan dunia metafisisnyaris sirna dalam ilmu pengetahuan modern.kalaupun ada metafisik mereduksi menjadi filsafat rasional sekedar pelengkap ilmu pengetahuan  alam dam matematika.Ilmu pengetahuan modern menyingkirkan  kosmologi,pada hal kosmologi ilmu sacral yang menjelaskan kaitan materi  dengan wahyu dan doktrin metafisis.

Sedangkan perkembangan ilmu pengetahuan di zaman kontemporer  ditandai dengan berbagai teknologi canggih.Teknologi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan yang pesat .Mulai dari penemuan computer ,satelit komunikasi,interet,,dll.Manusia dewasa ini memiliki mobilitas yang tinggi karena pengaruh teknologi komunikasi dan informasi.

Kecendrungan filsafat Eropa pada umumnya mengarah kepada aliran positivisme. Pada akhirnya, mereka sampai pada kesimpulan bahwa proposisi-proposisi metafisik adalah serangkai­an pengetahuan yang nihil dan tidak memiliki makna. Auguste Comte meyakini ada tiga tahapan pemikiran manusia, yaitu:

  1. Tahapan teologis: manusia memaknai penyebab kejadian-kejadian alam pada hal-hal yang bersifat fiktif.
  2. Tahapan metafisik: manusia mencari sebab-sebab kejadian alam pada substansi yang tak diindrai yang ada pada sifat sesuatu.
  3. Tahapan saintifik: manusia sudah beranjak dari pertanyaan ‘mengapa’ seputar fenomena kepada ‘bagaimana’ kemunculannya dan hubungan antara satu fenomena dengan yang fenomena lainnya.

Pada tahapan terakhir, manusia sudah memahami sesuatu secara objektif. Comte menyebutnya sebagai tahapan positif. Menurut sebagian pemikir positivisme, ‘semakin maju ilmu pengetahuan maka (kepercayaan) pada Tuhan akan semakin mundur’.

Secara mendasar positivisme mengingkari adanya konsepsi-konsepsi universal, bahkan mereka menolak adanya persepsi khusus yang disebut dengan akal yang dikhususkan menangkap hal-hal yang bersifat universal. Mereka membatasi pengalaman manusia hanya kepada pengalaman yang bersifat indrawi dan mengingkari pengalaman-pengalaman internal seperti ilmu hudhuri.

 

Referensi:

Anshari, Endang Saifuddin. 1985. Ilmu, Filsafat dan Agama: Pendahuluan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Gharawiyan, Mohsen. 2012. Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam: Penjelasan untuk Mendekati Analisis Teori Filsafat Ilmu. Jakarta: Sadra Press.

Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi

http://yusmadi68.blogspot.com/2012/08/epitimologi.html

spi_admin

spi_admin

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *